"Al-Battani Sebagai Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam"


Kamis, 9 Juni 2022
Kantin (Kajian Rutin)

“Al-Battani Sebagai Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam”

Oleh Yunda Putri Sintya Fortuna

Al-Battani termasuk salah seorang ilmuwan muslim terkemuka dalam bidang astronomi dan matematika, bahkan para ilmuwan Barat menganggapnya sebagai salah satu dari orang yang paling jenius dalam ilmu astronomi.

Al-Battani lahir sekitar tahun 240 H (858 M), di daerah Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Iraq. Dan wafat pada tahun 317 H (929 M) di Al-Raqqi, Damaskus. Ia memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sanan Al-Harrani Ar-Raqqi Ash-Sha'ibi. Dia dipanggil dengan nama Al-Battani sesuai dengan nama tempat kelahirannya, yaitu Battan. Orang Eropa menyebut Al-Battani dengan sebutan Albategnius. Perlu disebutkan di sini bahwa Al-Battani adalah salah seorang cucu ilmuwan Arab terkemuka, Tsabit bin Qurah.

Al-Battani merupakan anak dari Jabir Ibn San’an Al-Battani, yang merupakan anak seorang ilmuwan muslim. Al-Battani secara informal dididik ayahnya yang juga seorang ilmuwan. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang keilmuan yang digeluti ayahnya. Ketertarikan pada benda-benda yang ada di langit membuat Al-Battani kemudian menekuni bidang astronomi tersebut.

Beliau memiliki karya yang banyak dan populer di masanya. Salah satu karya yang populer tersebut dan menjadi rujukan bagi ilmuwan adalah kitab al-Zij, yang pada abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul De Scientia Stellarum atau De Motu Stellarum.

Ilmuwan-ilmuwan Eropa, bahkan ilmuwan NASA itu juga rujukannya adalah karya dari Al-Battani. Al-Battani merupakan ahli astronomi yang berkat penemuannya, kita saat ini dapat mengetahui bahwa dalam setahun ada 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik (sumber lain menyebut 365,24 hari). Al-Battani juga sering disebut sebagai bapak trigonometri.

Kenapa Al Battani tertarik dengan astronomi? Karena ilmu perbintangan sangat penting untuk peradaban manusia. Saat ini justru jarang peminatnya sekarang, saat ini hanya ada di UIN Walisongo, Semarang. Umat muslim kurang berminat tentang astronomi karena fasilitas belajar yang kurang baik, sedangkan di Barat astronomi sangat maju. Begitu juga peminat ilmu falaq sangat sedikit padahal bisa sebagai penentu hilal, sebagai hitungan pasti.

Teknologi itu bisa tercipta menyesuaikan dengan keadaan alam, contoh seperti Jerman, maju negaranya, karena dipaksa dengan keadaan alamnya. China bisa ada kereta cepat karena di sana begitu padat, maka diciptakanlah kereta agar bisa bisa berpindah tempat dengan cepat. Kalau di Indonesia, hari ini panas, besok bisa hujan, jadi belum sempat untuk menciptakan teknologi, keadaan sudah berubah. Kita dipaksa menemukan inovasi baru karena keadaan.

Perkembangan ilmu pengetahuan itu karena adanya budaya, dan kita tidak bisa menyalahkan Indonesia lambat berkembang teknologinya, karena di Indonesia terlalu banyak budaya, kadang ketika membuat inovasi ada saja yang tidak suka karena tidak sesuai budayanya.

Indonesia harusnya bisa menjadi negara terkaya, namun malah tidak bisa jadi negara maju, namun masalah kembali pada pengelolanya, Indonesia juga sangat luas dan banyak pulau, sehingga pengembangan sarananya tidak merata, latar belakang pendidikan (budaya) juga kurang.

Ilmu itu lahir dari pertanyaan

Timbul korupsi, tidak ada pemerataan, karena karakter bangsa Indonesia yang sangat kurang.

Kadang hati bilang tidak baik, tapi tetap dilakukan.

Dalam dunia pendidikan yang paling penting adalah karakter.

Pendidikan adalah bukti kemajuan suatu bangsa.

 

Hal yang bisa menentukan maju tidaknya suatu bangsa:

1. Fenomena alam

2. Budaya (berkaitan juga dengan karakter)

3. Mindset

Agama itu membatasi, bukan mengahalangi kita untuk berkembang. Agama itu mengatur dan memberi solusi. Kalau kita ingin melakukan pembaharuan, harusnya kita menguatkan pondasi kita, yakni agama kita.

Ilmuwan Barat itu kebanyakan lebih mengutip dan menganalisa suatu hal, dibanding di Timur, biasanya sampai belasan tahun belajarnya karena sekalian menghafal kitab-kitabnya.

Ilmuwan Islam zaman dahulu biasanya itu belajar dengan cara talaqqi, langsung dengan gurunya.

Banyak ilmuwan terkemuka itu sudah menghafal Quran dari kecil, lalu kemudian banyak yang belajar tafsir, akhirnya terbukalah pemikiran untuk mencari tahu hal-hal lain, sehingga banyak ilmuwan terdahulu menguasai banyak hal. Mereka keimanannya dikukuhkan terlebih dahulu, kemudian timbullah pemikiran-pemikiran baru (inovasi).

Kemudian para ilmuwan ingin membuktikan kebenaran yang ada dalam Al-Quran.

Cara belajar mereka itu dengan cara menghafal Quran, mempelajari tafsir, kemudian talaqqi, kemudian dicatat, setelah itu ditulis ulang.

Untuk meyakini suatu hal, bisa kita kaitkan dengan filsafat, ada dua jenis filsafat, yaitu filsafat Yunani dan filsafat Islam.

Filsafat Yunani itu meyakini sesuatu dengan mencari tahu terlebih dahulu, kemudian mencari tahu kebenaran dengan eksperimen dsb, baru ia bisa yakin.

Filsafat Islam sedikit berbeda, yaitu meyakini dahulu dengan keimanan, kemudian mencari tahu kebenaran lagi agar semakin yakin, baru kita bisa semakin yakin.

Dan kita perlu sikap skeptis ketika ingin mencari tahu kebenaran, yaitu sikap ingin tahu akan suatu hal.


YAKUSA
YAKIN USAHA SAMPAI

Dibuat oleh: Ahmad Lutfhi

Komentar

Postingan Populer