Matamu




 Matamu

Karya: M. Jihad Jundullah
Angkatan: Hizbulloh


“Hai, namaku Tommy. Kamu belum sempat mengenal namaku di pertemuan pertama kita

tiga tahun lalu.” Sapaku kepadanya, yang sedang terdiam kaget karena bertemu dan melihatku tidak

sengaja, untuk kedua kalinya.

******

Aku menulis ini sebagai bentuk representatif ikatan yang bagiku sudah amat terikat hanya

dengan satu kali tatap, hanya dengan satu cerita yang kamu berikan. Melihatmu untuk pertama kali

seperti melihat seorang yang sudah aku kenal sejak lama. Matamu menyiratkan kisah-kisah hidup

yang menakjubkan, senyummu adalah sinyal keikhlasan dalam menjalani hidup di dunia yang bahkan

orang lain pun berat untuk ikhlas menjalaninya.

sejak tatapan pertama itu aku sudah jatuh hati kepadamu. Hingga sampai detik ini, aku

masih selalu menunggumu ditempat yang sama; di kursi paling pojok stasiun kota. Tiga tahun aku

menunggu di jam yang sama, menunggumu hadir kembali dengan mata dan senyum indahmu itu,

karena aku yakin kamu selalu ada disini. Hanya tidak ingin bertemu denganku kembali.

Saat itu, seperti biasa aku ingin kembali pulang setelah menunggu lama dan tidak

menemukanmu juga. Hingga saat kita bertemu lagi, tidak disengaja lagi.

Hei, kenapa tatapanmu terlihat beda sekali? Kenapa kamu tidak tersenyum seperti saat kita

bertemu dulu? Tatapan matamu sekarang amat sangat berbeda; dingin, hampa, tatapan sedih

pertama yang aku lihat. Kenapa kamu hanya terdiam? Tanpa senyum bahkan kata. Andai tiga tahun

kamu memberikanku waktu lebih banyak untuk mengenalmu, mungkin aku bisa membantu. Tidak

perlu kamu akhiri semua penderitaan hidupmu seperti ini. Bahkan aku belum memperkenalkan

diriku.

Hei, hidup memang selalu keras, bukan?.

Tapi mengapa kamu menipuku dengan raut wajahmu yang ceria? Dengan senyummu yang

begitu tulus. Mata itu, bahkan aku tidak sadar bahwa matamu adalah mata telah yang menyaksikan

banyak penderitaan.

Kamu ingat? Bisikan suaramu sebagai penutup akhir cerita tiga tahun lalu bahkan

mengalahkan suara bising kereta yang sudah hampir tiba. Bisikan itu masih kuingat sampai sekarang.

Lembut, hangat dan menyejukkan. Aku masih ingat dengan kejadian itu, saat matamu kembali

menatapku, kamu tersenyum, berbisik menyebut namamu.

“Titip dunia ini, jaga dirimu, namaku Rasya”

Senyummu hilang, kereta perlahan melaju kencang, membawa tubuhmu terbang.

Aku terdiam. Orang-orang ramai berteriak kencang.

TAMAT.



YAKUSA

YAKIN USAHA SAMPAI

Komentar

Postingan Populer